Menurut Imam Syafi’i, ilmu adalah cahaya yang akan menerangi setiap derap langkah kita, yang selalu menjadi penyembuh atas qolbu kita yang sakit, yang menjadi bengkel atas jiwa kita yang rusak, yang menjadi penghias bagi pemiliknya, juga kelebihan dan tanda bagi setiap yang terpuji. Ilmu memiliki keutamaan karena menjadi perantara kepada kebajikan dan ketaqwaan. Dengan ketaqwaan, manusia memperoleh kedudukan yang luhur di sisi Allah SWT. dan memperoleh kebahagiaan abadi. Adapun penjelas tentang ilmu adalah suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang, yang dengannya menjadi penjelas atas suatu perkara sebagaimana mestinya.

Tidaklah mungkin ilmu akan tersampaikan dengan tidak adanya kehadiran sang ahli ilmu. Karena hakikatnya, cahaya matahari tidak akan menembus bumi ketika matahari tidak hadir dalam tata surya ini. Begitupun ilmu, ia tidak akan hinggap pada sang pencari ilmu jika tidak ada ahli ilmu. Ahli ilmu ialah orang yang menyampaikan ilmu, yang memiliki pengalaman lebih dalam belajar, perilaku, dan berkehidupan. Ahli ilmu dalam islam memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan manusia lainnya. Kemuliaan ahli ilmu juga disampaikan oleh Al Bazzar yang meriwayatkan hadits dari Aisyah ra. “Para pengajar kebaikan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai oleh ikan di lautan”.

Bukan hal yang eksentrik bila ahli ilmu harus dihormati, karena memang sudah hakikatnya penuntut ilmu harus memuliakan sang ahli ilmu. Tapi berbeda jauh dengan zaman yang dialami sekarang ini, banyak sekali penuntut ilmu yang kehilangan adab, tidak memuliakan, menyakiti hati, dan malah acuh terhadap sang ahli ilmu. Memberi gelar buruk, mengolok-olok, mencaci-maki, mengorek-ngorek kekurangan sang ahli ilmu adalah hal yang terlihat lumrah pada saat ini, seperti tidak ada rasa bersalah dan gelisah ketika mereka melakuakan hal-hal yang tidak terpuji terhadap sang ahli ilmu. Na’udzubillah.

Maka hormatilah ahli ilmu, karena dengan menghormatinya kita akan menemukan keberkahan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,Tidak termasuk golongan kami; orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama”. (HR. Ahmad).

Maka seorang murid harus memiliki rasa tawadhu kepada gurunya, menghadap beliau, dan tidak menoleh, menjaga adab berbicara, tidak berlebih-lebihan dalam memuji beliau, mendoakan beliau, mengucapkan rasa terima kasih kepada beliau atas pengajaran beliau, tidak menyakiti beliau dengan ucapan dan perbuatan serta berlemah lembut ketika mengingatkan kesalahan beliau.

Maka sudah sepatutnya sang penuntut ilmu untuk menghormati ahli ilmu, penuntut ilmu tidak akan memperoleh dan memanfaatkan ilmu kecuali dengan menghormati ilmu dan ahli ilmu. Banyak sejarah yang menorehkan bahwa banyak sekali ulama-ulama tersohor yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar adab dibandingkan dengan belajar keilmunyaannya, karena hakikatnya ilmu tidak akan hinggap pada jiwa yang tidak memiliki adab terhadap ilmu dan gurunya. Oleh karna itu, barangsiapa yang menyakiti gurunya maka dia akan terhalang dari mendapatkan keberkahan ilmu dan tidak mendapatkan manfaat ilmu kecuali hanya sedikit.

Sobat Syariah Mobile App

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. In sit amet fermentum augue. Nullam bibendum consectetur lacinia. Etiam sit amet lorem sodales.